![]() |
Ketua PW Majelis Alumni (MA) IPNU Kalimantan Barat, Suhut Usnata |
SUARAMILENIALKALBARNEWS.COM (PONTIANAK) - Ketua Pengurus Wilayah (PW)
Majelis Alumni (MA) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kalimantan Barat,
Suhut Usnata, menyoroti perkembangan kaderisasi di bawah naungan Nahdlatul
Ulama (NU).
Dalam keterangannya, ia mengungkapkan bahwa
pola kaderisasi di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri
Nahdlatul Ulama (IPPNU) saat ini sudah menunjukkan kemajuan yang signifikan.
“Pola kaderisasi semakin jelas dan terarah,
dengan semangat militansi yang terus ditanamkan,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa kader NU kini
tidak lagi dipandang sebelah mata. Mereka telah diakui dan diperhitungkan di
berbagai bidang, baik politik, sosial, maupun keagamaan.
Namun, Suhut menyampaikan keprihatinannya
terkait ketidakseimbangan dalam rekrutmen kader, terutama di kalangan Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Menurutnya, batasan usia anggota Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
yang dibatasi hingga 23 atau 24 tahun memberikan dampak negatif terhadap
keberlanjutan kaderisasi.
“Hal ini membuat IPNU dan IPPNU sering
dianggap sebagai organisasi anak-anak, padahal mereka adalah pintu gerbang
utama kaderisasi NU,” jelas Suhut.
Ia mengusulkan agar batas usia anggota IPNU
dan IPPNU dinaikkan hingga 25 atau 27 tahun. Dengan demikian, kader-kader muda
ini dapat berperan lebih optimal sebelum melanjutkan ke organisasi kader NU
lainnya seperti GP Ansor atau Fatayat.
Selain itu, Suhut menyoroti adanya praktik
rekrutmen kader di GP Ansor dan Fatayat yang kerap melibatkan individu tanpa
latar belakang kaderisasi yang jelas.
“Fenomena ini merugikan kader-kader yang
telah melalui proses kaderisasi di IPNU dan IPPNU,” tambahnya.
Sebagai langkah solutif, Suhut mengajak
seluruh pihak di Nahdlatul Ulama untuk meninjau ulang aturan terkait pembatasan
usia serta memperkuat sinergi antarorganisasi kader.
“Kaderisasi NU harus menjadi sistem yang
saling melengkapi, bukan saling meniadakan,” pungkasnya. (tim liputan).
Editor : Heri
Social Header